Apa itu CAPM (capital asset pricing model)?
Capital Asset Pricing Model (CAPM) adalah sebuah metode yang digunakan untuk menghitung imbal hasil yang diisyaratkan yang mempertimbangkan return dan risiko dalam sekuritas atau saham.
Di dalam perhitungan CAPM melibatkan perhitungan keuntungan yang diwakilkan oleh return pasar ditambah dengan return bebas risiko atau risk free rate dan juga melibatkan risiko yang diwakilkan oleh beta saham yang akan dihitung. Misalkan CAPM untuk menghitung return yang diharapkan dari sebuah saham.
Fungsi CAPM (capital asset pricing model)
Dari beberapa unsur diatas diharapkan CAPM dapat memberikan imbal hasil yang wajar dalam sebuah saham dalam 1 tahun. Misalkan saham ABCD yang diharapkan untuk memberikan keuntungan 15% pertahun.
Dari pernyataan diatas apakah angka 15% cukup layak dan mewakilkan keuntungan sebenarnya dari saham ABCD?, atau jangan – jangka keuntungan masih bisa lebih diatas 15% atau mungkin juga bisa dibawah 15%. Untuk itu metode CAPM lahir dan dapat memberikan perhitungan yang lebih optimal dalam menilai return yang pantas dalam sebuah sekuritas atau aset.
Rumus CAPM (capital asset pricing model)
Rumus CAPM adalah:
CAPM = Tingkat Pengembalian Bebas Risiko + Beta * (Tingkat Pengembalian Pasar - Tingkat Pengembalian Bebas Risiko)
Atau disingkat menjadi,
E(Ri) = Rf + βi * [E(Rm) - Rf]
Dimana,
E (Ri) = Hasil yang diharapkan dari aset
Rf = Tingkat pengembalian bebas risiko
βi = Beta dari aset
E(Rm) = Hasil pasar yang diharapkan
Cara menghitung CAPM (capital asset pricing model)
1. Menentukan Rf (risk free rate)
Risk free rate adalah tingkat imbal hasil investasi bebas risiko, instrument ini biasanya diwakilkan oleh surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah seperti Surat Utang Negara (SUN), atau SBI atau investasi yang dijamin pemerintah lainnya.
Hal lain yang perlu diketahui adalah direkomendasikan tidak menggunakan acuan dengan suku bunga dasar atau BI 7 Days repo rate. Rate yang diperbolehkan adalah jenis instrument investasinya bukan acuan suku bunga dasarnya.
Sebagai contoh Savings Bond Ritel (SBR) Seri SBR007 dengan bunga 7,5% yang dapat dilihat di web resi kementerian keuangan di https://www.djppr.kemenkeu.go.id/page/load/2544
2. Menghitung Rm (return market)
Return market adalah tingkat imbal hasil portofolio pasar dalam hal ini adalah IHSG. untuk menentukan Return market dapat diambil rentang waktu yang berbeda – beda misalkan kita ambil kurun waktu selama 20 tahun atau bisa juga dimulai menyesuaikan atau dimulai dari angka Rp100 dari tahun 1982 dan terakhir di tahun ini 2021. Misalkan kita menggunakan contoh 16,8%.
3. Menghitung Beta
a. Data History
Pertama cari data harga saham pada harga saham penutupan (close) dan harga saham penutupan (close) IHSG, Data History Saham dan IHSG dapat di unduh melalui Yahoo Finance, Reuters, Google finance dll.
b. Gunakan excel untuk menghitung dengan rumus:
Ri = (Pt – (Pt-1)/ (Pt-1)
Keterangan:
Ri = Return pada akhir bulan
Pt = Closing Price
Pt-1 = Closing Price bulan sebelumnya
Langkah selanjutnya Pilih Toolbar – Data, klik “Data Analysis”
Akan muncul jendela Data Analysis. Pilih regression, lalu klik OK.
Kotak dialog Regression, seperti gambar berikut:
Lalu Isikan Data Y dengan Data Saham, contoh disini menggunakan data close saham ANTM, dan X di isi dengan Data IHSG, Kemudian klik Oke.
Maka Hasilnya akan seperti ini:
Maka didapatkan koefisien beta 2.6
Atau cara menghitung beta yang lain disini http://www.bigbrothersinvestment.com/detailpost/cara-menghitung-beta-saham
c. Masukkan seluruh data ke dalam rumus:
CAPM = Rf + β*(Rm – Rf
CAPM = 7,5% + (2,6 x (16,8 – 7,5))
CAPM = 7,5% + 14.22
CAPM = 31.6%
Kekurangan CAPM (Capital Asset Pricing Model)
Model CAPM (Capital Asset Pricing Model) adalah model yang diuji dalam Teori Pasar Modal. Model ini membantu investor membangun portofolio asetnya melalui penggunaan Beta. Meskipun bersifat teoritis, aplikasi praktis dari hal ini adalah penggunaan Beta pasar yang sesuai dengan preferensi investor, sehingga pengembaliannya dimaksimalkan untuk tingkat risiko tertentu.
CAPM memiliki batasan serius di dunia nyata, karena sebagian besar asumsi tidak realistis. Banyak investor tidak melakukan diversifikasi secara terencana. Selain itu, koefisien Beta tidak stabil, bervariasi dari waktu ke waktu tergantung pada metode kompilasi. Mereka mungkin tidak mencerminkan risiko yang sebenarnya yang terlihat.
Karena sifat Beta yang tidak stabil mungkin tidak dapat mencerminkan volatilitas pengembalian di masa depan, meskipun didasarkan pada sejarah Masa Lalu. Bukti historis dari pengujian Beta menunjukkan bahwa mereka tidak stabil dan bukan perkiraan yang baik untuk risiko di masa depan.
Bukti empiris menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara risiko sistematis dan hasil yang diperoleh. Selain itu, hubungan antara risiko dan pengembalian bersifat linier. Meskipun CAPM memusatkan perhatian pada risiko terkait pasar (risiko sistematis), Risiko total telah terbukti lebih relevan dan kedua jenis risiko tersebut tampaknya terkait secara positif dengan pengembalian.
Konseptual CAPM dengan demikian rusak oleh sifat yang kurang praktis dari model ini dan kompleksitas serta kesulitan menangani nilai-nilai Beta. Terakhir, fakta bahwa Beta mungkin tidak mencerminkan total risiko keamanan tetapi hanya risiko sistematis adalah batasan lain dari CAPM.